Februari 11, 2009

Stimulasi yang paling baik,

Musik Baik Untuk Bayi

Musik, Baik untuk Perkembangan Janin dan Bayi

MUSIK telah dipakai sebagai alat pengobatan sejak tahun 550 sebelum Masehi, dan dikembangkan Pythagoras dari Yunani. Konsep musik ini diterapkan bersama oleh pakar musik Peter Huebner dan komposer-komposer musik klasik Jerman, dalam bentuk musik terapi-medis-resonansi (medical resonance therapy music/MRT-M).

Daya pengobatan MRT-M ini membawa dampak positif pada ibu hamil, baik yang sehat maupun dengan gangguan. Penurunan angka kelahiran prematur merupakan salah satu pengaruh efek pengobatan musik tersebut,” kata dr Azen Salim SpOG MSc KFM, dalam seminar ”Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia Sejak Dalam Kandungan dengan Musik Klasik” yang diselenggarakan Mead Johnson .

Setiap orangtua tentu ingin mempunyai anak pandai, cerdas, dan tidak mengalami kesulitan dalam perkembangan emosionalnya. Untuk mendapatkan itu semua, tidak hanya diperlukan gizi yang cukup, tetapi juga diperlukan stimulasi memadai sejak anak masih dalam kandungan.

Stimulasi yang paling baik, dalam arti mendapat respons dari janin adalah suara ibu dan musik klasik. Pendapat ini berdasarkan penelitian pada tahun 1980-an yang dilakukan dr Alfred Tomatis, ahli telinga hidung dan tenggorok, psikolog, dan pendidik dari Perancis. Demikian dikatakan pembicara lain dalam seminar, dr Karel Staa, SpA.

Penelitian itu menunjukkan, suara ibu dan musik klasik dapat merangsang otak sehingga menimbulkan gerakan motorik tertentu pada janin dan bayi baru lahir. Suara ibu dan musik klasik dapat mengatur cepat atau lambatnya denyut jantung janin dan bayi, serta merangsang penambahan berat badan bayi. Ketukan musik juga mempunyai efek terhadap kepandaian anak dalam matematika.

Musik juga dapat memperingan kasus keracunan kehamilan sampai efek antistres bagi ibu yang akan menjalani operasi caesar. ”Singkat kata, dengan pangaruh MRT-M proses melahirkan menjadi lebih alami dan mengurangi trauma, serta ibu merasa lebih ceria dan tenang,” .

Sebuah penelitian juga menunjukkan, ibu hamil yang bekerja di tempat bising mempunyai kecenderungan anaknya menjadi hiperaktif.

Musik erat kaitannya dengan daya pendengaran. Menurut Staa dengan mengutip Tomatis, orang yang mempunyai kesulitan pendengaran mempunyai kecenderungan tingkat toleransi rendah terhadap frustasi. Mereka juga mempunyai rasa percaya diri yang rendah, pemalu, selalu merasa khawatir, dan sulit berteman. Orang-orang dengan kesulitan pendengaran juga cenderung menghindar dari kelompoknya, tidak mempunyai motivasi, tidak tertarik ke sekolah atau bekerja. Kalaupun sekolah atau bekerja, mereka tidak bertingkah laku baik.

BAGAIMANA musik mempengaruhi otak manusia? Proses pengenalan musik akan melibatkan banyak daerah di otak. Di otak terdapat pusat asosiasi penglihatan dan pendengaran yang berfungsi mengartikan obyek yang dilihat dan didengar. Informasi dari pusat yang berada di permukaan otak tersebut akan diteruskan ke pusat emosi yang diatur di dalam sistem limbic.

Dari pusat pengatur emosi ini perasaan sedih timbul oleh rangsangan musik dengan kunci minor dan tempo perlahan. Emosi sedih membawa dampak perubahan fisiologi tubuh berupa denyutan jantung yang lebih lambat, tekanan darah meningkat, serta peningkatan suhu tubuh. Sebaliknya musik dengan kunci major dan tempo cepat akan membawa perasaan bahagia diikuti pernapasan yang lebih cepat.

”Menilik rangkaian perubahan sistem organik tubuh manusia terhadap musik, dapat dikatakan hampir seluruh sistem tubuh terpengaruhi, baik melalui sistem psikologi, neurologis maupun hormonal,”

Menurut Staa, musik klasik dapat memberikan rangsangan pada bayi karena kaya komponen suara atau beragam alat musik yang tergabung di dalamnya. Stimulasi musik klasik ini bisa mulai diberikan sejak janin berusia empat bulan. ”Pada masa ini janin sedang membentuk sel-sel otak, dan syaraf janin sudah memberikan respons pada stimulasi suara,” kata Karel.

Stimulasi musik klasik sebaiknya dilakukan setiap hari minimal setengah jam. Musik klasik ini bisa didengarkan sambil melakukan kegiatan lain. Bagi ibu hamil yang tidak begitu menyukai musik klasik dan selalu ketiduran bila mendengarnya, tidak perlu khawatir karena janin tetap bisa mendengarkan musik itu.

”Satu hal yang terpenting, ketika mendengarkan musik klasik kondisi emosional ibu harus tenang dan relaks. Jika ibu bisa ketiduran ketika mendengar musik klasik, berarti ibu bisa santai. Stimulasi paling efektif adalah ketika ibu merasa tenang dan santai,”

, musik yang dapat memberikan stimulasi pada janin dan bayi tidak terbatas pada musik klasik saja. ”Pada waktu itu penelitian hanya ditujukan pada musik klasik, tidak meneliti jenis musik lain seperti gamelan, misalnya. Saya kira, gamelan juga bisa memberikan stimulasi yang baik untuk janin dan bayi. Jadi buat ibu hamil yang tidak suka musik klasik, mungkin bisa menggantinya dengan gamelan jawa atau bali,” kata Soraya.

yang terpenting sebenarnya bukan jenis musik apa yang didengarkan pada bayi. ”Yang paling utama adalah kondisi emosi ibu. Biar memutar musik klasik Vivaldi Four Seasons kegemaran para bayi, bayi tetap tidak bisa menikmati karena terbawa emosi ibu,”

mencontohkan, ketika ibunya meninggal, Soraya sedang mengandung anak pertama. Emosi Soraya sangat terpengaruh dengan kepergian ibunya. Sementara pada hamil kedua, kondisi emosi Soraya lebih tenang karena tidak ada kejadian besar yang mengganggu. ”Sifat anak pertama saya sangat bertolak belakang dengan anak kedua. Yang pertama sangat sensitif. Sementara yang kedua lebih berani. Padahal dua-duanya selalu mendengar musik klasik karena saya sering bermain piano,” tukas Soraya.

Jadi apa pun stimulasi yang diberikan pada janin tidak akan efektif jika emosi ibu tidak mendukung. Suara detak jantung ibu sangat berpengaruh pada janin. Jika ibu merasa gelisah, detak jantung ibu yang cepat akan tertangkap jelas oleh janin. Begitu juga jika ibu merasa santai, detak jantung akan normal dan janin pun juga tenang.

0 komentar: