Februari 11, 2009

Ngeces

Ngeces

Ngeces Tidak Normal, Bila…

Oleh: Dr. Luh Karunia Wahyuni, SpRM

Sehari-hari sering kita jumpai anak balita dengan air liur yang menetes dari sudut bibir, terus menerus disertai mulut yang selalu terbuka, dapat diibaratkan seperti keran bocor. Anak seperti tidak peduli dengan pipi, dagu dan leher yang selalu basah. Kondisi seperti itu disebut drooling (ngeces).

Pada dasarnya kontrol terhadap ngeces terjadi bertahap sesuai dengan perkembangan anak. Kontrol ini berhubungan dengan posisi tubuh anak, kegiatan yang sedang dilakukan anak, kemampuan anak mengontrol gerakan mulut serta tingkat perkembangan gerak anak.

Jangan-jangan tumbuh gigi
Ngeces sering terjadi saat anak sedang mempelajari keterampilan gerak yang baru dan berlanjut sampai anak mencapai kemampuan melakukan gerakan secara otomatis. Sering terjadi pula selama, sebelum dan setelah tumbuh gigi baru.

Pada usia 1-3 bulan, anak jarang ngeces karena produksi air liur masih minimal. Saat usia 6 bulan, anak akan ngeces pada posisi berbaring, terlentang, tengkurap atau duduk. Demikian bila anak mulai bicara (babling), meraih, menunjuk atau tumbuh gigi. Usia 9 bulan, anak dapat duduk atau merangkak tanpa ngeces. Pada usia ini anak akan ngeces saat makan makanan tertentu.

Pada usia 15-18 bulan anak ngeces bila melakukan gerakan halus seperti makan sendiri. Sedangkan pada usia 2 tahun anak seharusnya tidak ngeces lagi sekalipun melakukan gerakan yang sudah trampil seperti menggambar, makan sendiri atau bermain.

Jika kita cermati penjelasan di atas, ngeces pada usia tertentu masih dianggap normal. Penjelasan di atas dapat dipergunakan oleh orangtua sebagai patokan untuk mengenali apakah ngeces masih dalam batas wajar.

Tidak normal, bila…
Ada berbagai kondisi yang menyebabkan ngeces tidak lagi sebagai suatu keadaan yang normal misalnya:

* Mulut terbuka terus sehingga anak sulit menelan. Kita dapat mencoba merasakan menelan air liur saat mulut terbuka, betapa sulitnya. Mulut yang terbuka terus kemungkinan berhubungan dengan infeksi saluran napas yang kronis atau hidung selalu mampet.
* Frekuensi tidak adekuat sehingga air liur menumpuk dan terjadilah ngeces. Pada dasarnya manusia normal akan menelan ludah 2 kali per menit saat sadar dan 1 kali per menit saat tidur.
* Adanya gangguan pada saraf cranialis yang bertanggung jawab terhadap proses menelan.<<<<<<<<<<<<
* Fungsi menelan yang tidak optimal karena rahang tidak stabil, terjadi perubahan tonus (ketegangan) otot pipi, bibir ataupun kelemahan pada otot penyangga tubuh.

Bila masalah ini dibiarkan tidak ditangani dengan baik tentu saja akan mengganggu perkembangan anak lebih lanjut terutama dalam fungsi makan dan bicara, serta pertumbuhan gigi. Seperti diketahui, kita mempergunakan otot wajah, bibir, rahang, lidah yang sama untuk aktifitas bicara maupun makan. Artinya bila anak kita ngeces terus menerus harus waspada terhadap kemungkinan keterlambatan bicara. Seberat keterlambatannya tentu saja tergantung dari kondisi yang mendasari ngeces tersebut.

Dokter akan melakukan evaluasi secara menyeluruh hal-hal yang menyebabkan ngeces dan penanganan sering kali sangat sederhana cukup dengan memposisikan tubuh dengan baik maka ngeces teratasi.

Jadi ngeces seperti keran bocor dapat diatasi dengan penanganan yang tepat.

Usia 6-8 Bulan – Makanan Lumat

Saat mulai memberi si kecil makanan padat, jangan bertubi-tubi memberi aneka jenis makanan dalam waktu singkat. Beri jeda beberapa hari antara setiap jenis makanan baru, sehingga tidak terlalu memaksa anak. Anda pun punya cukup waktu untuk memantau kalau-kalau ada masalah yang timbul berkaitan dengan makanan tertentu.

Juga, biarkan bayi memutuskan berapa banyak makanan yang mau ditelannya. Untuk beberapa jenis makanan—dalam sehari—bayi Anda bisa jadi kelihatannya tidak makan terlalu banyak. Sedangkan bayi lain malah kelihatan sangat rakus. Tidak usah pusing. Ikuti saja apa maunya. Yang penting, Anda selalu memantau proses tumbuh kembangnya secara teratur.

Bagaimana memulainya?
Setelah usia 6 bulan, makanan padat pertama si kecil ini adalah makanan lumat, yakni bubur susu dan buah. Selama 2 minggu pertama, si kecil cukup diberi dua jenis makanan ini. Makanan lumat mudah dicerna dan cepat meninggalkan lambung si kecil. Pemberian makanan lumat ini dimulai dalam bentuk encer dan jumlahnya sedikit. Secara bertahap, makanan dikentalkan serta jumlahnya ditambah.

Pemberian secara bertahap ini perlu dilakukan karena sampai usia ini, jenis makanan yang paling bayi kenal adalah ASI (dan ia masih tetap membutuhkannya sampai usia 2 tahun). Jika ia mendorong keluar makanan atau menutup mulut rapat-rapat, jangan paksa. Mungkin ia belum siap untuk makan makanan padat.

Setelah bayi berhasil melalui masa 2 minggu ini dengan baik, Anda bisa memberinya makanan lunak, yakni nasi tim saring, sebanyak 1 kali dalam sehari. Nasi tim ini harus terdiri dari sumber karbohidrat, sumber protein, serta sumber zat pengatur.

Bagaimana dengan buah? Sebaiknya disajikan dengan cara disaring dan mulailah dengan buah berserat rendah. Misalnya, jeruk, pisang, pepaya, dan avokad. Secara bertahap, Anda boleh memberinya buah lain.

Peralihan dari makanan lumat ke makanan lunak juga perlu dilakukan secara bertahap. Ini berarti, Anda perlu mengatur kekasaran teksturnya. Awalnya, pilih sayur berserat rendah, seperti wortel, tomat, bayam, dan sebagainya. Setelahnya, Anda bisa memberinya brokoli dan lainnya.

Makan dari sendok butuh keterampilan tersendiri. Bisa jadi, Anda harus uji coba selama beberapa kali sampai bayi betul-betul terbiasa.<<<<<<<<<<
Di usia ini, kebanyakan pemenuhan kalori masih berasal dari ASI. Dan tujuan utama mengenalkan makanan padat pada bayi adalah mengajarinya cara makan yang benar-benar berbeda serta memperkenalkan aneka citarasa dan tekstur makanan baru. <<<<<<<<,Yang terpenting, buat proses belajar mengenal makanan baru jadi pengalaman yang menyenangkan.<<<<<<<

Pentingnya Variasi<<<<<<<<
Untuk memperkenalkan makanan pada bayi, mulailah dengan 1 jenis makanan. Tunggu paling tidak selama 4 hari sebelum mengenalkan makanan jenis lain. Adanya tenggang waktu membuat bayi makin mengenal dan bisa menerima makanan barunya. Reaksi alergi biasanya baru muncul beberapa hari setelah jenis makanan itu dikonsumsi. Jika timbul reaksi alergi jenis tertentu, Anda jadi tahu persis penyebabnya.

Sebagian pakar percaya, penting untuk mulai memperkenalkan sayuran hijau dulu, sehingga pola citarasa bayi tidak ‘termanjakan’ dengan rasa manis dari buah-buahan. Sebagian pakar lagi menganggap itu hanya mitos belaka. Menurut mereka, bayi terlahir dengan menyukai yang manis-manis. Anda bisa mengombinasikan kedua pendapat ini, dan melihat mana yang paling pas buat bayi Anda.

Yang pasti, mengombinasikan berbagai jenis makanan akan membuat bayi tidak cepat bosan, memicu selera makannya plus tidak menjadikannya si pemilih makanan. Jangan sampai ia terbiasa makan makanan yang itu-itu saja. Ia bisa kekurangan gizi yang dibutuhkannya.

Jadikan Sebagai Rutinitas
Waktu makan—sarapan, makan siang dan makan malam—harus Anda terapkan secara konsisten. Ini bukannya tanpa alasan. Sistem pencernaan bayi perlu dilatih untuk belajar menerima, mencerna, serta menyerap makanan pada waktu-waktu yang ditentukan.

Untuk masing-masing waktu makan itu, sajikan kelompok makanan yang ada dalam tabel ‘Jadwal pemberian makanan si kecil’. Perlu dicatat, kalau kenyang si kecil akan memberi sinyal. Misalnya, menjulurkan lidah atau memalingkan kepala. Jadi, jangan takut si kecil akan makan secara berlebihan.<<<<<<<<<<<<<,

Mulai Memperkenalkan Biskuit
Anda sudah bisa mulai memberi biskuit bayi sebagai camilan di antara waktu makan. Koordinasi antara mata dan tangannya sudah cukup baik, sehingga ia bisa membawa tangannya ke mulut. Pada umur 7 bulan, rata-rata bayi sudah mampu makan sendiri biskuitnya.

Umumnya, tekstur biskuit yang lembut membuat bayi mudah mengemutnya, bahkan akan membantu merangsang pertumbuhan giginya.

Gizi Penting untuk Usia 6-12 Bulan

Pada usia 6-12 bulan, pola makan anak harus mengikuti piramida makanan. Makin ke atas makin sedikit porsi makanan yang harus dikonsumsi anak. Berikut urutannya dari paling bawah ke paling atas:

* Sumber karbohidrat, yakni roti, jagung, nasi, cereal, dan sebagainya, dikonsumsi sebanyak 1-3 kali/hari @ 1 mangkuk kecil.
* Sumber zat pengatur, yaknis sayuran dikonsumsi sebanyak 1-2 kali/hari sekitar 25-50 g mentah. Buah dikonsumsi sebanyak 1-2 kali/hari sekitar 25-75 g.
* Sumber protein yaitu ASI dikonsumsi sebanyak 2-3 kali/hari. Protein lainnya dikonsumsi sebanyak 1-3 kali/hari. Misalnya, ayam kampung (paha bawah), telur (1/2–1 butir), daging (1/2 potong sedang/20 g), kacang-kacangan (1-2 sendok makan), tahu (1 potong/50 g), tempe (1 potong/25 g), serta ikan (1 potong sedang/20 g).
* Bila perlu, berikan sumber lemak berupa minyak sebanyak 1/2 sendok teh.

Penting: ASI adalah sumber utama untuk karbohidrat, lemak dan protein.

Masalah Makanan yang Bisa Timbul Bagi Bayi Usia 6-8 Bulan: Alergi Makanan

Alergi makanan adalah suatu reaksi yang timbul pada tubuh setelah seseorang mengonsumsi suatu jenis makanan. Reaksi ini dipicu oleh kondisi kekebalan tubuh pada orang tersebut.

Bila salah satu dari Anda atau pasangan Anda punya riwayat alergi makanan, risikonya pada si kecil meningkat sampai 20-30%. Jika Anda berdua alergi, risikonya pada anak naik lagi hingga 40-70%.

Tanda-tanda si kecil mengalami alergi makanan, adalah jika setelah Anda memberinya satu jenis makanan, ia menunjukkan gejala-gejala, antara lain:

* Ruam di kulit
* Diare
* Muntah

Munculnya alergi membutuhkan lebih dari satu kali paparan untuk sensitif terhadap alergen. Dan jika anak Anda menolak satu jenis makanan, ini belum tentu berarti ia mengalami alergi. Siapa tahu ia hanya tidak mau makan saja.

Perlu dicatat: Menangis terus-menerus bisa pula menjadi pertanda alergi makanan, meski umumnya diikuti ruam, diare, atau muntah.

Kebanyakan anak yang alergi makanan akhirnya bisa mengatasi alerginya. Makanya, Anda bisa memperkenalkan lagi makanan itu dengan aman (konsultasi dulu dengan dokter anak Anda).

0 komentar: